Potensi Rugi Rp 3,9 T Pertamina dan Kenaikan Harga Minyak

CNBC Indonesia: 26 March 2018 10:28

Jakarta, CNBC Indonesia –Awal pekan lalu, PT Pertamina (Persero) menyebut perseroan berpotensi rugi Rp 3,9 triliun sepanjang dua bulan pertama tahun ini. Hal itu disebabkan selisih harga keekonomian dan penjualan BBM tertentu dan penugasan.

Berdasarkan penghitungan Pertamina, selisih harga jual Premium dengan yang harga formula adalah Rp 2.150 per liter. Sementara Solar selisihnya mencapai Rp 3.200 per liter. Artinya, harga premium sebenarnya dipatok Rp 8.600 per liter, sedangkan solar sebesar Rp 8.350 per liter

Pengamat Energi Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto menilai kebijakan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM memang politis dan tidak rasional. Salah satunya karena keputusan itu diambil di tengah tingginya harga minyak mentah dunia.

Menurut dia jika memang pemerintah memutuskan untuk mempertahankan harga BBM, ada dua hal yang perlu dilakukan. Pertama adalah melakukan revisi atas jumlah subsidi dalam APBN 2018, lalu memberi potongan harga atas pembelian minyak mentah Pertamina.

Saat ini memang telah ada subsidi tambahan sebesar Rp 500 atas solar, namun itu dia nilai tidak cukup. “Terlalu besar selisihnya. Kan bukan hanya solar, ada premium yang juga wajib untuk Pertamina distribusikan,” kata Pri.

Setelahnya, Ketua Komisi VII DPR RI Gus Irawan Pasaribu sempat meminta Pertamina untuk bisa lebih efisien, sebab harga keekonomian sebesar Rp 8.600 per liter atas premium dia nilai seharusnya masih bisa turun. Salah satunya karena harga tersebut lebih tinggi dibanding harga bensin jenis Pertalite, yang notabene memiliki kadar RON lebih tinggi.

Terkait harga, mulai minggu ini Pertamina menaikkan harga pertalite dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 7.800 per liter untuk beberapa provinsi seperti DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Tengah. Kenaikan itu mulai berlaku per 24 Februari 2018 sebagaimana dicantumkan di situs Pertamina. Di beberapa daerah seperti di Bangka Belitung, Lampung, harga bensin Pertalite kini menjadi Rp 8.000 per liter.

“Kenaikan karena harga minyak dunia yang terus naik,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito

Di sisi lain, pemerintah sempat mengingatkan Pertamina bahwa di balik beban perusahaan di hilir, pemerintah juga terus mendorong kinerja perusahaan di hulu. Hal itu disampaikan Plt Dirjen Migas Ego Syahrial, menurutnya pemberian blok migas terminasi kepada Pertamina adalah keuntungan untuk perusahaan plat merah itu.

“Blok Mahakam itu Pertamina dikasih untungnya berapa? Rp 7 triliun, bersih. Artinya pemerintah memikirkan juga, jadi jangan ada pernyataan bahwa pemerintah membiarkan Pertamina rugi, tidak ada,” terang Ego.