Reforminer Institute
  • Home
  • Tentang Reforminer
    • Tentang Kami
    • Tim Inti
    • Aktivitas
  • ReforMiner di Media
    • 2021
    • 2020
    • 2019
  • Studi
  • Infografis – Simulasi
    • Listrik
    • Makro Energi
    • Minyak dan Gas
    • Mineral dan Batubara
    • EBTKE
    • Harga
  • ReforMiner’s Notes
  • Publikasi
    • Konferensi Pers
    • ReforMiner’s Policy Analysis
    • Perspektif Opini
    • Buku
  • Hubungi Kami
  • Home
  • 2021
  • Gejolak Pasokan Batu Bara dan Ancaman Byar Pet Listrik PLN
Sun, Feb 28, 2021

Gejolak Pasokan Batu Bara dan Ancaman Byar Pet Listrik PLN

2021
January 29, 2021
RA
0
83
Share
  • Facebook
  • Google plus
  • Twitter
  • Linkedin
  • Pinterest

CNNIndonesia, 28 Januari 2021

Kabar pemadaman listrik secara bergilir hingga Maret 2021 masih menjadi perbincangan hangat. Isu itu berawal dari unggahan Instagram Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Faisol Riza.

“Situasi listrik nasional kita hari ini sudah prihatin. Kemungkinan akan ada pemadaman secara bergilir karena pasokan batu bara yang tidak stabil,” tulisnya dalam akun Instagram-nya bernama @faisol8418, dikutip Kamis (28/1).

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana angkat bicara mengenai kabar pemadaman listrik bergilir ini. Ia mengakui ada kendala pengiriman batu bara karena masalah cuaca dan banjir.

Kendala tersebut membuat pasokan batu bara di sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) menipis. Bahkan, Rida menyatakan persediaan di sejumlah pembangkit milik PT PLN (Persero) kritis.

“Stok batu bara (di PLTU) berkurang. Biasanya, aman 15 hari kemudian perlambatan (pengiriman batu bara) ini yang menggerus stok. Yang normal jadi siaga, ada yang kondisi darurat, malah ada yang kritis,” kata Rida.

Menurut Rida, banjir hingga masalah cuaca membuat jangka waktu pengiriman batu bara dari Kalimantan Selatan ke pembangkit di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) bertambah lama. Biasanya, pengiriman batu bara hanya butuh waktu empat hari, tapi kini bertambah menjadi tujuh hari atau lebih.

Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, ada empat perusahaan tambang batu bara di Kalimantan Selatan yang terdampak karena banjir. Perusahaan-perusahaan tersebut, antara lain PT Prolindo Cipta Nusantara, PT Binuang Mitra Bersama, PT Arutmin Indonesia, dan PT Bhumi Rantau Energi.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan produsen batu bara terbesar berada di Kalimantan Selatan. Tak ayal, bila ada masalah di wilayah itu, maka akan berdampak buruk pada pembangkit listrik di kawasan lain khususnya Jawa.

“Faktor cuaca sebabkan transportasi batu bara ke pembangkit listrik PLN terganggu. Cuaca buruk, gelombang tinggi, itu membuat bongkar muat juga tidak bisa cepat,” kata Fabby.

Berdasarkan informasi yang ia dapat, cadangan batu bara PLTU milik PLN biasanya cukup sampai 20 hari. Namun, masalah cuaca di Kalimantan Selatan membuat cadangan batu bara hanya cukup selama lima sampai enam hari.

“Kalau cadangan lima sampai enam hari cukup berisiko untuk pembangkit PLN,” kata Fabby.

Selain karena cuaca, Fabby melihat masalah pasokan batu bara di pembangkit listrik PLN juga disebabkan tingginya permintaan batu bara dari China. Hal ini membuat produsen lebih mengutamakan penjualan ekspor.

“Aktivitas ekonomi di China meningkat setelah ada covid-19, ditambah musim dingin jadi ada permintaan batu bara dan dampaknya juga harga naik, jadi produsen lebih mementingkan ekspor dulu untuk dapatkan untung,” papar Fabby.

Dengan kata lain, produsen batu bara sedang mengesampingkan kebutuhan dalam negeri. Hal ini demi meraup untung besar ketika harga batu bara sedang tinggi-tingginya.

“Bisa jadi mereka (produsen) ekspor dulu, mumpung harga lagi tinggi. Mau ambil untung kan lumayan untung selisih US$5-US$10 per ton,” ujar Fabby.

Lalu, ketika harga batu bara mulai melandai, produsen batu bara akan kembali fokus untuk memenuhi kebutuhan lokal. Artinya, upaya produsen untuk memenuhi kewajiban kebutuhan batu bara dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) baru akan dilakukan ketika harga batu bara di pasar internasional turun.

“Jadi pas harga batu bara internasional turun, baru produsen jual ke dalam negeri,” imbuh Fabby.

Diketahui, porsi DMO adalah 25 persen dari rencana jumlah produksi batu bara 2021 yang disetujui oleh pemerintah. Pemerintah menetapkan harga DMO batu bara maksimal US$70 per ton.

Sementara, Trading Economics mencatat harga batu bara di pasar internasional berada di level US$87,05 per ton pada perdagangan Rabu (27/1). Harga batu bara naik 7,49 persen dari harga akhir 2020 lalu sebesar US$87,05 per ton. Secara historis, tren kenaikan harga batu bara mulai terjadi sejak November 2020 lalu.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, target produksi batu bara mencapai 550 juta ton sepanjang 2020. Sementara, target penjualan di domestik sebanyak 155 juta ton.Melihat situasi ini, Fabby mengingatkan pemerintah untuk tegas kepada produsen agar memenuhi kebutuhan batu bara dalam negeri. Pasalnya, jumlah produksi batu bara jauh lebih besar dari kebutuhan PLN.

Realisasinya, produksi batu bara sepanjang 2020 sebesar 558 juta ton. Lalu, penjualan di dalam negeri cuma 132 juta ton.

Tahun ini, target produksi batu bara sama seperti 2020, yakni sebanyak 550 juta ton. Kemudian, penjualan baru bara dalam negeri ditargetkan sebanyak 137,5 juta ton.

Sementara, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro berpendapat ada masalah manajemen stok. Dengan demikian, muncul isu pemadaman listrik secara bergiliran sampai Maret 2020.”Jadi intinya harusnya pemadaman tidak terjadi, karena sebenarnya produksi batu bara cukup, pembangkit cukup,” jelas Fabby.

Kendati begitu, seharusnya persoalan ini bisa segera diantisipasi. Pemerintah masih punya waktu untuk mengusahakan pengiriman batu bara dari Kalimantan ke Pulau Jawa.

“Ini masih Januari, untuk Februari sama Maret masih ada waktu untuk bawa batu bara dari Kalimantan ke Jawa,” kata Komaidi.

“Produksi 550 juta ton targetnya, kebutuhan dalam negeri di bawah itu. Harusnya sangat cukup,” ujar Komaidi.Terlebih, sambung Komaidi, kebutuhan dalam negeri jauh lebih rendah dari total produksi batu bara. Dengan begitu, seharusnya tak ada alasan pemadaman listrik terjadi karena masalah pasokan batu bara.

Menurutnya, ini tinggal bagaimana pemerintah tegas kepada produsen batu bara dalam memenuhi kebutuhan lokal sesuai aturan DMO. Jika produsen bandel karena lebih mengutamakan permintaan luar negeri, maka pemerintah bisa menjegal izin ekspor untuk produsen tersebut.

“Kalau produsen tidak menurut, tinggal setop izinnya, kan yang memberika izin pemerintah. Ini kan sederhana,” ucap Komaidi.

Ia menambahkan harus ada perbaikan dalam mengelola stok batu bara untuk pembangkit listrik. Ini untuk mengantisipasi jika banjir dan masalah cuaca di Kalimantan berlanjut dalam beberapa waktu ke depan.

RA 175 Posts   0 Comments

Previous Post

479986b5ae2e073a80412f39d20d72e3
Masalah Harga Picu Pertamina Batalkan Kontrak Pembelian LNG dari Andarko?
2021
2021-01-26

Next Post

1232581shutterstock-89439454780x390
Biden Moratorium Kontrak Migas, Ini Momen RI Gaet Investor AS
2021
2021-01-30
  • Facebook Comments
RELATED POSTS
Petugas memasang papan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang baru di SPBU Kawasan Jalan HR. Rasuna Said, Kuningan,Jakarta, Minggu (10/2/2019). Harga BBM non subsidi kembali diturunkan oleh Pertamina, meliputi wilayah hanya Jabodetabek dengan besaran penurunan bervariasi sampai dengan Rp 800 per liter. ANTARA FOTO/Reno Esnir/ama.Produsen Kendaraan Bermotor, Penentu Nasib Penggunaan BBM Berkualitas
Sektor Hulu Migas (Pilpres)Meramu Bentuk Baru Kontrak Kerja untuk Sektor Hulu…
2017_01_06-14_06_53_1086b1e04d63efd42083f003872c23e4_620x413_thumbSetelah SWF, Bisakah RI Punya Petroleum Fund?
shutterstock_127318157Prospek Shale Oil Dinilai Menjanjikan, Begini Kata Pengamat
Publikasi Terbaru
Sektor Hulu Migas (Pilpres)
Meramu Bentuk Baru Kontrak Kerja untuk Sektor Hulu Migas
2021
February 22, 2021
Kmd
Mobil Listrik dan Masa Depan Industri Nikel Indonesia
Artikel Tahun 2021
February 22, 2021
2017_01_06-14_06_53_1086b1e04d63efd42083f003872c23e4_620x413_thumb
Setelah SWF, Bisakah RI Punya Petroleum Fund?
2021
February 17, 2021
shutterstock_127318157
Prospek Shale Oil Dinilai Menjanjikan, Begini Kata Pengamat
2021
February 13, 2021
c72b7c5e-6d15-46db-9fd8-445ff62c4a6d_169
Skema Penjualan Gas Melon Tetap, Meski Impor LPG Bersubsidi Naik
2021
February 13, 2021
Buku
Migas, Perbankan dan Perekonomian Nasional; Sinergisitas Hulu Migas dan Perbankan Nasional
Buku
Esensi Pendirian Perusahaan Migas Negara; Redefinisi Peran dan Posisi Pertamina
Buku
Kedaulatan Migas dan Production Sharing Contract Indonesia
Buku
Ekonomi Energi I


Tentang Reforminer
Lingkup Aktivitas
Tim Inti
Hubungi Kami
Alamat

World Trade Centre (WTC) 5 Lt. 3A (3A56),
Jl. Jenderal Sudirman Kav. 29-31,
Jakarta, 12920

Telepon : 021-25985112

Fax : 021-25985001

Email : info@reforminer.com

Menu
Home
Reforminer di Media
Studi
Infografis-Simulasi
Publikasi
Social Media
Copyright © 2006-2016 Reforminer Institute. All rights reserved. | Powered By TNC Digital Media